Monday, April 2, 2018

Goa Gajah Ubud, Lokasi Pertapaan Cantik di Pulau Dewata

KETIKA Anda mampir ke Ubud di Bali, jangan lupa untuk mampir ke lokasi yang berjarak 2 km ke arah tenggara. Tapi jangan kecewa, tempat peribadatan yang cantik tersebut tidak memiliki gajah di dalamnya.
Nama Goa Gajah kemungkinan dipilih karena lokasinya dekat dengan Sungai Petanu, yang pada satu waktu dikenal sebagai Sungai Gajah. Kemungkinan lain demikian karena tampak luar pintu masuk gua menyerupai gajah.
Ketika sampai di lokasi, Anda akan masuk melalui pintu yang diukir berbentuk mulut setan. Di depan gua adalah dua kolam pemandian persegi dengan pancuran yang dipegang oleh enam patung perempuan.
Di dalam gua yang berbentuk "T" tersebut Anda dapat melihat sisa-sisa fragmentaris lingam, simbol phallic Dewa Siwa Hindu dengan teman wanitanya Yoni, patung anak Siwa, dan Dewa Ganesha yang berkepala gajah.
Asal-usul gua sendiri tidak diketahui pasti. Satu kisah menceritakan bahwa ia diciptakan oleh raksasa legendaris Kebo Iwa, pada abad ke-11, selama pengambilalihan Majapahit Bali. Gua itu ditemukan kembali oleh arkeolog Belanda pada 1923, menyusul penemuan air mancur dan kolam renang pada 1954.
Seperti dilansir dari Lonelyplanet, Jumat (2/12/2016), dari Goa Gajah Ubud Anda dapat turun melalui sawah ke Sungai Petanu, di mana ada runtuh pahatan batu stupa (kubah untuk perumahan relik Buddha) pada tebing dan sebuah gua kecil.
Wisatawan dapat ke sana dari pagi jam 8 pagi sampai sebelum matahari terbenam. Biaya masuk per orang dewasa sekira Rp15 ribu dan kendaraan akan dikenakan sekira Rp2.000/5.000. Sebelum kembali ke tempat parkir, wisatawan dapat membeli suvenir di kios-kios atau mencoba 'Kopi Luwak' di area parkir.

Malioboro yang Legendaris dan Selalu Dirindukan Tugu Jogja Malam Hari

Apa ikon Yogyakarta? Pasti semua setuju menyebut Malioboro. Suatu nama jalan dan kawasan yang legendaris, tak pernah sepi dan selalu bikin rindu.

Jalan Malioboro merupakan salah satu ikon dari Kota Yogyakarta yang menjadi tujuan utama wisatawan. Terkenal sebagai tempat berbelanja di Jantung Kota, jalan ini juga sarat akan nilai sejarah yang menyertainya. Keberadaan jalan Malioboro ini pun sering dikaitkan dengan tiga tempat sakral di Yogyakarta lainnya, seperti Kraton Yogya, Gunung Merapi, dan Pantai Selatan.

Jalan Malioboro ini sendiri membentang dari mulai Tugu Jogya malam hari hingga ke perempatan kantor pos. Dalam bahasa sansekerta kata Malioboro ini berarti karangan bunga dan juga sering dikaitkan dengan nama seorang kolonial Inggris bernama Marlborough yang pernah tinggal di sana.

Pada saat kemerdekaan, jalan Malioboro ini menjadi saksi bisu dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di selatan jalan ini pernah terjadi pertempuran sengit antara pasukan tanah air dengan pasukan kolonial Belanda yang ingin menduduki Keraton Yogya. Pertempuran inilah yang dikenal sebagai peristiwa serangan umum 1 Maret 1949.

Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas Yogya, kuliner khas Yogya dan berbagai macam oleh-oleh khas Yogya. Jalan ini juga sering dijadikan tempat berkumpulnya para seniman yang sering mengekspresikan kemampuan mereka seperti melukis, bermain musik, pantomim dan lainnya di sepanjang jalan ini. Umumnya pengunjung yang datang kemari biasanya mencari penganan khas Yogya yang disajikan secara lesehan, mencari oleh-oleh, berburu fotografi atau hanya sekedar menghabiskan malam.

Tidak seperti yang dulu, pemerintah Yogyakarta telah berbenah diri menata jalan legendaris ini, mulai dari memindahkan parkiran, membuat benda seni di sepanjang jalan, memberikan bangku tempat pengunjung menikmati malam serta perbaikan trotoarnya sehingga pejalan kaki dapat leluasa bergerak. Selain berbelanja dan berkuliner ria, di sini pengunjung bisa berkeliling Yogya menggunakan becak dan andong dengan harga yang sudah disepakati sebelumnya.

Di Malioboro ini kita dapat pula mengunjungi tempat terkenal dan bersejarah lainnya seperti Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburgh, Monumen Serangan Oemoem 1 maret, Stasiun tugu dan Tugu Yogya. Waktu yang tepat mengunjungi adalah sore hari menjelang matahari terbenam karena warna langit di kawasan jalan Malioboro ini sangat cantik saat matahari mulai beranjak ke peraduan. Jangan lupa nikmati malam panjangmu di sini ditemani seniman jalanan.